Jumat, November 20, 2009

Menulislah dengan nama Allah karena menulis itu ibadah

Kaidah pertama Q'Writing adalah meletakkan "mindset" atau minda di hati bahwa menulis itu ibadah kepada Allah SWT. Menulis merupakan perintah Allah kepada hamba-hambaNya. Karena itu, menulis harus dilaksanakan karenaNya, untukNya, dan di atas jalanNya. Inilah yang dimaksukan dengan menulis adalah ibadah. Sebelum otak dijejali dengan seperangkat teori, teori ini dulu.

 Tidak terbayang betapa indahnya menulis, menghentak-hentakkan jari dengan lembut di atas keyboard atau menggoreskan pena di kertas, menuliskan pikiran dan perasaaan sementara hati penuh dengan rasa bertuhan dan rasa kehambaan? Apalagi kalau kita menulis selepas shalat dan wirid. Proses itu tidak hanya dapat menumbuhkan rasa bertuhan yang semakin dalam di hati yang menulis, tapi juga dapat memberikan keinsafan kepada yang membaca. Dan alangkah sia-sianya apa yang kita tulis, namun hati dipenuhi dengan hasrat duniawi, kepentingan emosional dan kebendaan. Menulis seperti itu pasti sangat menjemukan.

 Menulis yang paling indah adalah menulis sambil mendengarkan dendang hari nurani.Tidak hanya mengadalkan pandangan akal pikiran, tetapi mendengarkan bisikan hati nurani. Korek-koreklah sedikit celah-celah hati itu dan dengarkan kumandang suara Tuhan melaluinya. Kenang-kenangkan Tuhan. Kenang-kenangkan kemahapengawasannya, bahwa dia terus menerus mengawasi kita, melihat, mendengar, dan terus menerus berbicara dengan kita. Dengarkanlah baik-baik petunjuk-petunjukNYa. Perhatikan peringatan-peringatanNya. Jangan terlalu percaya dengan bisikan nafsu walau terasa sangat memberi harapan. Visualisasi nafsu di depan mata kita adalah tipu daya seperti fatamorgana.

 Mulailah menulis dengan menyebut namaNya, Ingat-ingatlah Dia selalu selama menulis, Ketika sampai waktu untuk menghadapNya, berhentilah menulis, tunaikanlah terlebih dulu kewajiban-kewajiban kepadaNya. Setelah itu, lanjutkanlah menulis kembali. Tak usah gopoh. Akhirilah tulisan Anda dengan memasrahkan kembali hasilnya kepadaNya, dengan rasa cemas, rasa was-was kalau-kalau Allah tak redha. Minta ampunlah kepadaNYa.

 Pikiran dan perasaan yang tertuang dalam tulisan Anda akan menjadi tulisan yang memiliki ruh, daya ledak yang dahsyat, bukan tulisan yang ompong, kosong. Tulisan-tulisan itu, betapapun sederhana, singkat, padat akan menjadi asas pembangunan peradaban manusia. Manusia bisa terhibur dan terobati dengannya.Tulisan ini akan menghiasi sejarah, sepanjang zaman. Betapapun jasad kita sudah terkubur, tulisan-tulisan itulah yang akan menggantikan keberadaan kita di dunia ini, sampai-sampai orang lupa bahwa sesungguhnya kita sudah wafat.

 Kita boleh menuliskan hal-hal yang sederhana saja dalam tulisan yang singkat, satu atau dua paragraf. Kalau mau boleh tulis yang berat-berat, berjilid-jilid. Kalau perlu berpeti-peti. Kalau mampu menuliskan rahasia alam semesta ini, tentang energi kuantum, DNA, biologi molekuler, nuklir, dll, tulislah, kenapa tidak? Kalau mau menulis tentang dinamika manusia, ekonomi, politik, sejarah, dll, tulislah, tidak usah ragu-ragu. Kalau tidak mampu menulis yang berat-berat, tulis yang ringan-ringan saja, tentang masa kanak-kanak yang lucu, tentang kawan yang jahil, tentang kecoa yang menjijikkan, dll. Kita boleh menuliskan pengalaman, pengamatan, bahkan khayalan. Khalayalan juga bisa, mengapa tidak? Menulis cerita fiksi itu sesungguhnya menuliskan khayalan. Sebagian besar anak-anak belajar menulis dengan menulis khayalan-khayalannya. Berkelanalah ke seluruh alam jagat raya ini. Tuliskanlah hasil pengelanaan itu dengan kata dan kalimat. Syaratnya cuma satu. Apapun yang ditulis, bagaimanapun gayanya, kapanpun waktunya, jangan lepaskan dengan rasa bertuhan dan rasa kehambaan.

 Mulailah dengan menyebut nama Allah, "Bismillahirrahmanirrahim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang." Bisikkan ke dalam hati, "Wahai Tuhan, izinkan aku menuliskan pikiran dan perasaanku. Tidaklah ada maksudku kecuali mengikuti perintahMu dan demi tegaknya kebaikan-kebaikanMu. Aku hanya seorang hamba, sementara Engkau adalah Tuhanku. Bimbinglah aku. Curahkanlah ke hatiku ilmu. Jangan biarkan setan dan nafsu mengganguku sehingga tercabut rasa takut dan cintaku pada Mu." Dengan cara itu, insyaallah akan lahir tulisan-tulisan yang mencerahkan bukan meresahkan, tulisan-tulisan yang membawa kebaikan bukan kehancuran. Alangkah indahnya dunia ini, jika semua tulisan yang beredar di buku-buku, majalah, media-media elektronik, blog-blog, website adalah tulisan-tulisan yang lahir dari 'abid-abid, yang hatinya penuh dengan rasa bertuhan dan rasa kehambaan.

 Inilah yang saya katakan dengan menulis adalah ibadah kepada Allah. Selama ini, ada sebagian kawan kita yang berpikir bahwa ibadah itu hanya untuk urusan taharah, shalat, zakat, haji, membaca Alquran, zikir, dan do'a saja. Di sekitar itu saja kita harus kaitkan dengan Tuhan. Itu keliru. Jangan pakai lagi ajaran itu. Seluruh aktifitas kita sejak bangun tidur sampai tidur lagi, dan bahkan dalam tidur sekalipun, harus menjadi ibadah, terkait dan dikaitkan dengan Tuhan dan syariatNya. Di mesjid kita beribadah, di pasar kita beribadah, di kantor beribadah, di kendaraan kita beribadah, bahkan di toilet atau kamar mandipun kita beribadah.

 Dengan indah dalam Al Quran surat Al Qalam, ayat 1 tertulis "Nun, walqalami wama yasturun." Demi pena, dan apa-apa yang ditulis. Betapa agungnya kegiatan tulis menulis dalam padangan Allah. Alangkah ruginya jika urusan yang seagung ini dijadikan sesuatu yang tidak berharga, tersia-sia, hanya karena mengejar mimpi duniawi belaka. Menulis mari menulis. Kita bangun lagi kasih sayang melalui tulis menulis. Menulislah karena Allah, untuk Allah dan di atas jalan Allah.

 Bagaimana menurut pendapat anda?

 Wallahu a'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar